Kabar gembira akhirnya datang menghampiri kita semua para pecinta balap di tanah air. Mimpi besar untuk melihat kembali sang “Merah Putih” berkibar gagah di grid kejuaraan dunia kini semakin nyata di depan mata. Honda Team Asia secara resmi telah mengumumkan Veda Ega Pratama, bocah ajaib kebanggaan Gunungkidul, naik kelas ke Moto3 World Championship mulai musim 2026.
Jujur saja, Admin merinding bukan main saat pertama kali mendengar kabar konfirmasi kontrak ini. Perjalanan Veda bukanlah sebuah cerita instan yang terjadi dalam semalam, melainkan sebuah epik panjang penuh keringat. Ini adalah kisah tentang dedikasi, latihan di pasar sapi, dan dominasi mutlak yang belum pernah pembalap Indonesia lain tunjukkan sebelumnya.
Jika kita menengok ke belakang melihat sejarah MotoGP, Indonesia memang pernah memiliki beberapa wakil. Namun, kehadiran Veda membawa aura yang berbeda karena ia mendominasi level junior dengan begitu telak. Mari kita bedah tuntas profil, biodata, hingga analisis teknis mendalam mengapa Veda sangat layak mendapat julukan “The Next One”.
Profil Veda Ega Pratama: Mewarisi DNA Juara Sudarmono

Untuk memahami betapa tajamnya insting balap Veda, kita harus melihat siapa sosok mentor utama di belakangnya. Veda lahir di Wonosari, Gunungkidul, pada 23 November 2008 dengan darah balap yang mengalir deras dari sang ayah, Sudarmono. Ayahnya bukan sekadar orang tua biasa, melainkan figur penting dalam kancah balap nasional.
Bagi Sobat Exmotoride yang sudah mengikuti skena balap nasional sejak lama, pasti sudah mengenal nama Sudarmono pembalap legendaris ini. Beliau adalah Juara Nasional Indoprix 125cc yang terkenal memiliki gaya balap halus namun mematikan saat menyerang lawan. Selain itu, ayahnya juga memiliki pengalaman bertarung di level Asia (ARRC) kelas Supersport 600cc yang kompetitif.
Admin melihat ada kemiripan karakter yang sangat identik antara ayah dan anak ini di lintasan. Sudarmono tidak hanya mewariskan unit motor untuk latihan, tetapi juga mentransfer “cetak biru” pemahaman teknis yang mendalam. Sejak kecil, Veda sudah terbiasa mendengar obrolan “berat” soal rasio gir, setting suspensi, dan data telemetri yang memberinya keunggulan kognitif.
Biodata Singkat Veda Ega Pratama
Bagi kalian yang penasaran dengan detail data diri sang pembalap, Admin sudah merangkumnya secara lengkap. Informasi biodata ini penting untuk mengenal lebih jauh sosok yang akan membawa nama bangsa di kancah dunia. Berikut adalah rincian profil Veda Ega Pratama:
- Nama Lengkap: Veda Ega Pratama
- Tempat, Tanggal Lahir: Wonosari, 23 November 2008
- Asal: Gunungkidul, D.I. Yogyakarta
- Tinggi Badan: 160-165 cm (Estimasi, masa pertumbuhan)
- Ayah: Sudarmono (Mantan Pembalap Nasional)
- Tim Masa Depan: Honda Team Asia (Moto3 2026)
Asal Veda Ega Pratama: Ditempa di Pasar Sapi Siyono

Ini adalah bagian favorit Admin yang selalu membuat geleng-geleng kepala karena saking uniknya. Kalau pembalap Eropa biasanya berlatih di sirkuit karting yang mulus dan standar internasional sejak usia 5 tahun, asal Veda Ega Pratama Gunungkidul memberinya cerita yang jauh lebih keras. Ia justru berlatih di lahan parkir Pasar Sapi Siyono yang sang Ayah ubah menjadi sirkuit dadakan.
Sudarmono dengan kreatif memanfaatkan area pasar hewan itu menjadi lintasan latihan dengan menyusun ban mobil bekas sebagai pembatas trek. Kondisi aspalnya tentu saja jauh dari kata ideal karena licin, berdebu, dan permukaannya tidak rata. Tapi justru kondisi “memprihatinkan” dan minim grip inilah yang melatih throttle control Veda menjadi sangat presisi dan sensitif.
Latihan rutin di permukaan dengan cengkeraman (low grip) rendah memaksa Veda kecil untuk selalu peka terhadap pergeseran bobot motor sekecil apapun. Hasilnya bisa kita lihat sekarang, dimana Veda sering melakukan penyelamatan (save) krusial saat ban motornya slide di sirkuit Eropa. Ia mendapatkan refleks tingkat dewa itu bukan dari gym mahal, melainkan dari kerasnya aspal pasar sapi.
Dominasi Awal di Balap Bebek dan OnePrix

Sebelum melangkah ke panggung dunia, Veda harus membuktikan dirinya di kancah balap domestik yang terkenal sangat ganas. Di fase awal karirnya ini, Veda bertarung menggunakan motor jenis underbone yang sering kita sebut sebagai motor bebek terkencang di kelasnya. Persaingan di sini sangat ketat karena ia harus melawan pembalap yang jauh lebih senior dan berpengalaman.
Pada tahun 2019, Veda sukses merebut gelar Juara Nasional Balap Motor Bebek kelas Pemula dan Juara Honda Dream Cup. Kemampuan bermanuver di sirkuit pasar senggol yang sempit membentuk mentalitas petarungnya menjadi sangat agresif. Ia tidak ragu untuk melakukan late braking dan menyalip dari celah sempit, sebuah skill yang sangat berguna di Moto3 nanti.
Veda juga menjalani transisi dari motor bebek ke motor sport dengan sangat mulus tanpa kendala berarti. Hal ini membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa cepat terhadap berbagai jenis kendaraan. Pondasi balap bebek ini menjadi modal penting sebelum ia memegang motor prototipe Honda NSF250R di ajang Asia Talent Cup.
Prestasi Veda Ega Pratama: Pemecah Rekor Asia

Setelah menjuarai berbagai event domestik, nama Veda benar-benar meledak dan menjadi sorotan dunia di panggung internasional. Prestasi Veda Ega Pratama yang paling fenomenal dan bersejarah terjadi di ajang Idemitsu Asia Talent Cup (ATC) pada musim 2023 lalu. Musim itu, Veda bukan sekadar menjadi juara umum, tetapi ia mendominasi total jalannya kompetisi.
Bayangkan saja Brads, dari total balapan yang berlangsung sepanjang musim, Veda sukses menyabet 9 kemenangan podium pertama. Pencapaian ini memecahkan rekor kemenangan terbanyak dalam satu musim sepanjang sejarah berdirinya ATC, melampaui rekor pembalap-pembalap Jepang sebelumnya. Dominasi ini menunjukkan bahwa level Veda sudah setingkat di atas rival-rivalnya di Asia saat itu.
Momen kunci kemenangannya terjadi di Sirkuit Sepang, Malaysia, dan Sirkuit Lusail di Qatar. Di Qatar, Veda memenangkan balapan secara dramatis di lap terakhir setelah bertarung sengit melawan pembalap Jepang, Amon Odaki. Mentalitas “pembunuh” di lap terakhir inilah yang meyakinkan petinggi Honda bahwa ia sudah sangat siap untuk naik ke level dunia.
Penaklukan Eropa: Red Bull Rookies Cup & JuniorGP

Lulus dari Asia dengan predikat juara, Veda langsung terbang ke kancah Eropa yang terkenal sebagai “kawah candradimuka” pembalap MotoGP. Di benua biru ini, ia berkompetisi di dua ajang bergengsi sekaligus: Red Bull MotoGP Rookies Cup (RBRC) dan FIM JuniorGP. Ini adalah ujian sesungguhnya karena ia harus menghadapi pembalap-pembalap terbaik dari seluruh dunia.
Statistik Gemilang di Red Bull MotoGP Rookies Cup
Di ajang RBRC, faktor skill pembalap menjadi penentu utama karena semua pembalap memakai motor yang sama persis (KTM RC250GP). Berdasarkan data profil atlet Red Bull, Veda berhasil membuktikan kualitasnya di hadapan publik Eropa pada musim 2025 dengan hasil yang memukau:
- Posisi Akhir: Runner-Up (Peringkat 2 Klasemen)
- Total Poin: 181 Poin
- Kemenangan: 3 Kali (Mugello dan Sachsenring)
Kemenangan di Mugello, Italia, sangat spesial dan menjadi sorotan media internasional. Kita tahu bahwa Mugello adalah salah satu sirkuit ikonik MotoGP yang memiliki karakter sangat cepat, mengalir, dan teknis. Veda menang double winner di sana, membuktikan ia memiliki nyali besar dan strategi cerdas saat adu slipstream di trek lurus panjang.
Tantangan Teknis di JuniorGP
Sementara itu, perjalanan di Veda Ega Pratama JuniorGP menghadirkan tantangan yang jauh lebih berat dan kompleks. Di kejuaraan ini, faktor teknis dan setup motor sangat berpengaruh, dan regulasi membolehkan tim melakukan modifikasi tertentu. Bersama Junior Talent Team, Veda harus berjuang keras menemukan setup terbaik pada Honda NSF250RW miliknya.
Meski hanya finish di peringkat 10 klasemen akhir dengan koleksi 70 poin, pengalaman ini sangatlah berharga. Bertarung di papan tengah JuniorGP mengajarkan Veda untuk tetap tenang dan meminimalisir kesalahan saat motor tidak dalam kondisi prima. Kompetisi inilah yang menempa mental juaranya untuk tidak mudah menyerah meski dalam situasi sulit.
Analisis Gaya Balap: Agresif Namun Terukur

Jika kita perhatikan secara seksama, Veda memiliki gaya balap yang cukup unik dan berbeda dari kebanyakan pembalap Asia lainnya. Ia adalah tipe late braker sejati yang sangat berani menekan tuas rem sangat dekat dengan tikungan. Gaya ini memungkinkannya untuk menyalip banyak lawan sekaligus dalam satu manuver di tikungan tajam.
Namun, ia mengimbangi agresivitas ini dengan kemampuan manajemen ban yang cukup baik di akhir balapan. Veda jarang terlihat kehabisan grip ban di lap-lap terakhir, yang menandakan ia tahu kapan harus menekan (push) dan kapan harus menyimpan ban. Kombinasi race pace yang konsisten dan kemampuan overtaking yang tajam adalah senjata utamanya.
Kelebihan lain yang Veda miliki adalah adaptabilitasnya yang cepat terhadap sirkuit baru yang belum pernah ia kenal. Hal ini terlihat jelas saat ia mampu langsung kompetitif di sirkuit-sirkuit Eropa yang memiliki karakter narrow dan teknis seperti Sachsenring. Kemampuan adaptasi ini akan sangat krusial saat ia menjalani musim debut penuh di Moto3 nanti.
Menuju MotoGP: Kontrak Honda Team Asia 2026

Puncak dari semua kerja keras dan pengorbanan itu adalah pengumuman resmi kontrak untuk membela Honda Team Asia 2026. Veda akan bertandem dengan rival sekaligus teman seperjuangannya sejak di ATC, Zen Mitani dari Jepang. Langkah ini tentunya membutuhkan persiapan fisik dan analisis balap MotoGP yang sangat matang dari tim pelatih.
Ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh kita sia-siakan begitu saja. Kita semua tahu, Honda Team Asia adalah jembatan langsung menuju kelas Moto2 dan akhirnya MotoGP, seperti jejak yang telah Somkiat Chantra dan Ai Ogura lalui. Veda memiliki beban harapan jutaan fans Indonesia di pundaknya, tapi Admin yakin mental “Pasar Sapi”-nya sudah siap menanggung itu semua.
Persaingan dengan Zen Mitani di garasi yang sama juga akan menjadi bumbu menarik di musim 2026 nanti. Mitani terkenal dengan gaya balap yang rapi dan corner speed tinggi, kontras dengan gaya agresif Veda. Persaingan internal yang sehat ini justru akan memacu kedua pembalap untuk mengeluarkan potensi terbaik mereka demi promosi ke kelas yang lebih tinggi.
Tabel Jejak Karir Veda Ega Pratama

Untuk memudahkan Kalian melihat progres karir “The Next One” secara kronologis, Tim Exmotoride sudah merangkum datanya dalam tabel berikut. Data ini mencakup perjalanan karirnya dari level nasional hingga internasional. Silakan cermati statistik kemenangan dan posisi akhirnya di setiap musim balap agar kalian paham betapa konsistennya performa Veda.
| Tahun | Kejuaraan | Motor | Peringkat Akhir |
|---|---|---|---|
| 2019 | OnePrix (Rookie) | Honda Sonic 150R | Juara 1 |
| 2023 | Asia Talent Cup | Honda NSF250R | Juara 1 (Rekor 9 Win) |
| 2024 | Red Bull Rookies Cup | KTM RC250GP | Peringkat 8 |
| 2025 | Red Bull Rookies Cup | KTM RC250GP | Runner-Up (181 Poin) |
| 2025 | FIM JuniorGP | Honda NSF250RW | Peringkat 10 |
| 2026 | Moto3 World Champ | Honda NSF250RW | Debut (Honda Team Asia) |
Harapan Besar untuk Sang Merah Putih

Veda Ega Pratama kini bukan lagi sekadar talenta lokal jago kandang. Dia adalah aset bangsa yang sedang menapaki jalan terjal dan licin menuju puncak dunia balap motor. Dari latihan sederhana di antara ban bekas di Gunungkidul hingga berdiri gagah di podium tertinggi Mugello, Veda membuktikan bahwa ia mampu mengalahkan keterbatasan fasilitas dengan tekad baja.
Sebagai pecinta otomotif sejati, tugas kita adalah terus memberikan dukungan moral yang positif kepadanya. Jangan hanya bersorak riuh saat ia menang, tapi tetaplah dukung saat ia sedang struggle atau terjatuh. Perjalanan di Moto3 nanti pasti tidak mudah Brads, akan ada banyak drama dan tantangan baru yang menghadang.
Nama Veda kini mulai sejajar dan masuk dalam daftar wajib profil pembalap MotoGP masa depan yang wajib dunia perhitungkan. Mari kita doakan agar Veda bisa cepat beradaptasi dan memberikan kejutan manis di musim debutnya nanti. Indonesia Boleh!







