Apakah kalian penasaran soal cara menambah top speed untuk motor matic dan manual? Tentu saja kalian bisa melakukannya dengan mudah. Tapi, Admin akan menjelaskan konsep dasarnya dulu agar kalian tidak gagal paham. Bukan exmotoride namanya jika tidak menjelaskan detailnya secara lengkap.
Perlu kalian ingat, meningkatkan top speed itu tidak berhubungan langsung dengan performa motor. Sebab, power (tenaga) dan torsi sangat mempengaruhi performa motor kalian untuk mencapai kecepatan puncaknya. Kalian bisa mendongkrak top speed motor dengan menaikan RPM, gear ratio, dan ukuran diameter roda.
Namun, pertanyaan besarnya adalah apakah tenaga motor kalian mampu mencapainya? Jangan sampai ubahan kalian malah membebani mesin secara berlebihan. Oleh karena itu, kalian butuh pemahaman dasar teknis sebelum mulai mengoprek mesin kesayangan.
Apa Arti Top Speed dan Bagaimana Cara Menghitungnya

Pengertian top speed (kecepatan puncak) adalah kecepatan maksimum yang kendaraan (motor) bisa raih. Hal ini berkaitan erat dengan batas secepat apa motor kalian sanggup berlari. Tentunya motor satu dan lainnya memiliki kemampuan berbeda. Bukan tanpa alasan, semua itu ada hitung-hitungannya.
RPM mesin, rasio reduksi total gear (gigi), dan diameter efektif roda sangat mempengaruhi kecepatan puncak ini. Ketiga variabel tersebut saling berkaitan erat dalam menentukan seberapa cepat roda belakang berputar. Jadi, hasil akhirnya pasti akan berbeda signifikan jika kalian mengubah salah satu variabel saja.
Rumus dan Persamaan Untuk Menghitung Top Speed
Kalian dapat menghitung top speed menggunakan rumus matematika sederhana. Gunakan persamaan berikut untuk mencari tahu kecepatan puncak: V = (60 x 3,14 x D x N) : (1000 x I). Dalam rumus ini, V adalah kecepatan puncak, D adalah Diameter efektif roda, N adalah Putaran Mesin (RPM), dan I adalah Total reduksi gear.
Sebelum mencari nilai V, hitunglah total reduksi gearnya (i) terlebih dahulu. Kalian bisa menghitung total reduksi gear pakai rumus persamaan: i = (z2 : z1) x (z4 : z3) x (z6 : Z5). Rumus ini penting untuk mengetahui rasio akhir yang roda terima dari putaran mesin.
Map Gambar Letak Gear Ratio

Berikut adalah keterangan dari variabel tersebut:
- Z2 : Z1 = Gigi Primer
- Z6 : Z5 = Gigi sekunder (Final gear)
- Z4 : Z3 = Gigi yang bisa berganti secara manual (oleh kalian) atau secara otomatis (pada motor matic)
Contoh Kasus Menghitung Top Speed
Agar kalian bisa lebih paham, Admin akan memberikan contoh nyata pada Yamaha Vixion dengan data spesifik. Data ini meliputi rasio gigi primer, sekunder, hingga diameter roda standar pabrikan.
- Gigi Primer = Z2 : Z1 = 73 : 24 = 3.0417
- Gigi Skunder (final Gear) = Z6 : Z5 = 42 : 14 = 3
- Gigi 1 = Z4 : Z1 gigi 1 = 34 : 12 = 2.833
- Gigi 2 = Z4 : Z1 gigi 2 = 30 : 16 = 1.875
- Gigi 3 = Z4 : Z1 gigi 3 = 30 : 21 = 1.428
- Gigi 4 = Z4 : Z1 gigi 4 = 24 : 21 = 1.142
- Gigi 5 = Z4 : Z1 gigi 5 = 22 : 23 = 0.956
- Diameter efektif roda = 60 cm = 0.6 m
- Max rpm mesin = 10.000 rpm
Sebenarnya kalian bisa menghitung setiap gigi (dari gigi 1 hingga gigi 5) secara manual satu per satu. Tapi, kalian harus menghitung gigi terbesar untuk menentukan top speed atau kecepatan puncak. Pada Yamaha Vixion, pakailah gigi 5 sebagai acuan karena motor ini hanya mempunyai transmisi 5 percepatan.
Jika motor kalian mempunyai 6 gigi (percepatan), maka hitunglah gigi 6. Berdasarkan data di atas, Reduksi gear (i) dari gigi 5 = 3,0146 x 0,956 x 3 = 8,724. Karena data sudah lengkap, mari kita hitung top speed Yamaha Vixion sebagai berikut:
V = (60 x 3,14 x 0,6 x 10.000) : (1000 x 8,724) = 1.130.400 : 8724 = 129,57 km/jam. Jadi, secara teoritis kecepatan maksimal motor tersebut berada di angka itu.
3 Tips dan Cara Menambah Top Speed Motor Yang Paling Mudah

Sebenarnya, kalian bisa menaikkan top speed setiap jenis motor dengan beberapa trik modifikasi. Lantas, apakah motor Supra bapak juga bisa kita setting ke top speed 200 km/jam? Pertanyaannya, apakah tenaganya mampu mendorong beban motor hingga mencapai top speed setinggi itu?
Intinya, akselerasi motor kalian akan berkurang jika kalian tidak mengubah mesin atau tenaganya. Ingatlah bahwa RPM mesin, rasio reduksi total gear (gigi), dan diameter efektif roda adalah tiga faktor penentu top speed. Dengan begitu, kalian hanya perlu mengubah settingan atau upgrade ketiga faktor tadi untuk menambah kecepatan puncak.
Kalian bebas memilih untuk mengubah salah satu faktor saja agar biaya lebih hemat. Selain itu, kalian juga bisa mengombinasikan dua dari tiga faktor tersebut, atau bahkan ketiganya sekaligus. Semua tergantung pada budget dan tujuan modifikasi kalian.
1. Menaikan RPM Mesin
Kalian bisa menaikkan RPM putaran mesin dengan cara menaikkan limit dari pabrikan. Proses ini bisa kalian lakukan bersamaan dengan bore up atau hanya merubah settingan ecu atau ecm saja. Cara ini cukup efektif untuk memeras tenaga yang masih tersembunyi di putaran atas.
Tapi kalian harus memahami dulu tentang bore x stroke dari piston, juga mesin SOHC atau DOHC jika misalnya motor kalian 4 tak. Setiap tipe mesin memiliki karakteristik ketahanan terhadap putaran tinggi yang berbeda-beda.
Umumnya, pabrikan merancang mesin SOHC dengan limit RPM yang lebih rendah daripada DOHC. Kalian memang bisa menambah potensi RPM mesin ini dengan membuka limitnya. Sayangnya, mesin SOHC tidak memiliki rancangan untuk RPM terlampau tinggi. Resiko mesin jebol akan menghantui akibat gesekan piston dengan dindingnya yang terlampau sering. Jadi, berhati-hatilah jika kalian berniat menaikkan RPM pada mesin, terlebih pada mesin SOHC.
2. Menaikan Diameter Roda
Cara menambah top speed dengan menaikkan diameter roda ini bukan hanya soal velg, melainkan keseluruhan termasuk bannya. Top speed akan meningkat seiring membesarnya diameter roda. Sebaliknya, akselerasi akan meningkat jika diameter roda makin kecil.
Apa artinya? Top speed akan naik tapi akselerasi berkurang jika kalian memperbesar diameter rodanya, misalnya dari ring 17 ke 18. Motor akan terasa lebih “berat” saat tarikan awal karena beban putar yang bertambah. Kalian perlu mempertimbangkan hal ini matang-matang.
Mengganti ukuran diameter roda bukanlah perkara mudah, terlebih ada konsekuensinya. Kemungkinan besar kalian harus merubah arm atau garpunya. Kemudian pastikan apakah bannya mentok atau tidak ke spakbor depan. Cek juga speedometernya yang kemungkinan akan menjadi error.
3. Merubah Rasio Gigi (Gear Ratio)
Semua gear ratio berpengaruh, baik itu gear primer, gear transmisi hingga gear sekunder (final gear). Namun, ubahan pada final gear adalah yang paling mudah dan umum kita lakukan. Intinya, kita hanya perlu menaikkan atau menurunkan salah satu unsur pembanding dari kedua gear yang terhubung.
Mari kita lihat kembali contoh Yamaha Vixion yang Admin jabarkan sebelumnya. Untuk final gear (Z2 : Z5) tertulis 42 : 14 = 3. Kalian bisa menaikkan top speed dengan dua cara, yaitu memperbesar gear depan / Z5 atau memperkecil gear belakang / Z6.
Prinsip dasarnya bisa kalian lihat pada tabel simulasi sederhana di bawah ini. Tabel ini bisa jadi panduan cepat sebelum kalian pergi ke bengkel untuk beli gear set baru. Kalian bisa baca lebih lanjut tentang teori rasio gigi di Wikipedia untuk pemahaman mendalam.
| Modifikasi Gear | Efek Top Speed | Efek Akselerasi |
|---|---|---|
| Gear Belakang Diperkecil (Turun Mata) | NAIK (Lebih Kencang) | TURUN (Tarikan Berat) |
| Gear Depan Diperbesar (Naik Mata) | NAIK (Lebih Kencang) | TURUN (Tarikan Berat) |
| Gear Belakang Diperbesar (Naik Mata) | TURUN (Lebih Pelan) | NAIK (Tarikan Enteng) |
| Gear Depan Diperkecil (Turun Mata) | TURUN (Lebih Pelan) | NAIK (Tarikan Enteng) |
Contoh perhitungannya adalah sebagai berikut:
- Final gear ratio untuk top speed dengan memperkecil gear belakang (Z6) = 40 : 14 = 2.86
- Final gear ratio untuk top speed dengan memperbesar gear depan (Z5) = 42 : 15 = 2.8
Kita ambil contoh mengubah final gear opsi kedua, maka perubahan nilai reduksi gearnya menjadi: i gigi 5 = 3,0146 x 0,956 x 2,8 = 8,07. Maka top speed akan berubah menjadi: V = (60 x 3,14 x 0,6 x 10.000) : (1000 x 8,07) = 1.130.400 : 8070 = 140,07 km/jam.
Hanya dengan mengubah rasio final gear (gear akhir), top speed Yamaha Vixion meningkat signifikan. Kecepatannya naik dari 129,57 km/jam menjadi 140,07 km/jam tanpa mengorek mesin sama sekali.
Ingat: Top Speed Tinggi Percuma Tanpa Didukung Tenaga Mesin

Jangan sampai kalian hanya fokus mengejar angka di speedometer tapi melupakan PWR. Apa sih PWR itu? PWR merupakan singkatan Power To Weight Ratio, yaitu ukuran kemampuan motor untuk mendorong bebannya sendiri menuju kecepatan tinggi.
Top speed hanyalah batasan tercepat motor kalian berlari, bukan gambaran performa utuhnya. Percuma saja kalian punya settingan top speed tinggi jika tenaga motor butuh waktu sangat lama untuk mencapainya. Dalam balapan, motor lawan yang top speednya lebih rendah bisa saja menyentuh garis “finish” duluan karena akselerasinya lebih cepat.
Masalah lain muncul jika tenaga motor sama sekali tidak sanggup mencapai top speednya. Kondisi ini sering terjadi pada motor yang “over gear” alias rasionya terlalu berat, sehingga mesin “ngempos” dan tidak kuat memutar roda di RPM puncak.
Simulasi Pengujian Top Speed Pada Dyno Test
Mari kita lihat contoh pada pengujian power on crank dan power on wheel. Admin sering melihat konten yang memperlihatkan motor saat diuji di dynamo meter atau dyno test. Speedometer motor tersebut menunjukan angka top speed fantastis hingga 180 km/jam, bahkan ada yang tembus 200 km/jam.
Padahal, motornya hanya 150 cc atau hasil boreup. Hal ini menandakan mekanik telah mengubah settingan motornya sehingga kecepatan puncaknya bisa setinggi itu. Tapi coba perhatikan powernya. Misalkan hasil boreup dan ubahan habis-habisan bisa menaikkan tenaga motor 150cc (bobot 120 kg) menjadi 25 HP.
Normalnya, motor 150cc hanya memiliki tenaga di kisaran 16 HP – 17 HP. Dengan lonjakan tenaga itu, top speed di atas mesin dyno bisa naik menjadi 180 km/jam dari standar 140 km/jam. Sekarang, mari kita bandingkan dengan motor 250cc 2 silinder standar tingting tanpa rubahan apapun.
Motor 250cc ini memiliki power 40 HP dengan bobot 165 kg. Ternyata hasil uji di dyno test tidak jauh berbeda dengan motor 150cc boreup tadi, misalnya sama-sama di kisaran 180 km/jam. Kita bisa membandingkan skor keduanya berdasarkan PWR atau power to weight ratio dengan score terendah adalah yang terbaik.
PWR motor 150cc boreup = 120 kg : 25 hp, hasilnya 4,8. Sedangkan PWR motor 250 cc 2 silinder standar = 160 kg : 40 HP, hasilnya adalah 4,125. Motor 250cc standar terlihat masih unggul meskipun top speed di atas kertas sama.
Simulasi Pengujian Top Speed Pada Keadaan Sebenarnya
Selanjutnya, mari kita uji motor 150cc boreup bersama rider dengan berat 70 kg. Bobot totalnya bertambah menjadi 190 kg. Setelah itu, kita hitung ulang menggunakan metode PWR. Nilai untuk motor 150 cc bore up = 190 kg : 25 HP, hasilnya menjadi 7,6.
Angka ini melonjak jauh lebih tinggi dari hasil PWR dyno test yang bernilai 4,8. Sekarang kita tambahkan beban pengendara 70 kg pada motor 250cc. Bobot total motor 250cc 2 silinder standar menjadi 230 kg. Saat kita hitung 230 kg : 40 hp, ternyata hasilnya 5,75.
Apa kesimpulannya menurut kalian? Ternyata penambahan beban dan hambatan hanya sedikit berpengaruh terhadap motor 250 cc yang powernya lebih besar. Sebaliknya, performa motor yang powernya lebih kecil akan sangat anjlok jika kita tambah beban.
Jadi, jangan heran jika pada kondisi jalanan sebenarnya motor 250cc ini bisa lari hingga 175 km/jam, sedangkan motor bore-up dari 150cc hanya tembus 150 km/jam. Selain itu, jalanan sesungguhnya memiliki berbagai hambatan lain, misalnya saja terpaan angin.
Angin akan semakin menghambat dan menjadi beban tambahan bagi motor. Akan tetapi, motor dengan power yang lebih besar akan selalu lebih tangguh melawannya. Maka dari itu, kalian boleh mengabaikan top speed di dyno test. Sebaiknya gunakan dynamo meter untuk mengukur power motor dan torsi saja.



