Coba Sobat ingat kembali suasana jalanan pada era tahun 2000-an. Apa yang terlintas pertama kali di benakmu? Pastinya ingatan kita bukan hanya tertuju pada kemacetan ibu kota, melainkan pada deru knalpot racing yang khas dan wujud motor ramping yang melesat cepat menyalip keramaian. Benar sekali Bro, itu adalah era keemasan di mana motor underbone menjadi raja jalanan yang tak terbantahkan.
Pada masa itu, kita bisa mengukur gengsi seorang anak muda dari motor apa yang ia tunggangi ke sekolah atau tempat nongkrong. Era ini melahirkan sebuah kasta spesial yang menjadi impian banyak remaja, sebuah fenomena yang kita kenal dengan sebutan motor bebek super. Mari kita telusuri lagi jejak-jejak legendaris yang membentuk selera otomotif satu generasi ini.
Admin akan mengajakmu bernostalgia membahas sejarah, rivalitas, hingga spesifikasi teknis para legenda ini. Anggap saja ini perjalanan waktu untuk mengenang kembali masa-masa indah di mana kecepatan dan modifikasi adalah segalanya bagi anak motor. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Fenomena Lahirnya “Bebek Super” di Indonesia

Istilah “motor bebek super” ini sejatinya lahir murni dari jalanan dan obrolan tongkrongan para bikers. Sebutan ini bukanlah kategori resmi yang keluar dari pabrikan. Orang-orang memberikan julukan ini khusus untuk motor dengan sasis sepeda motor bebek (underbone) tetapi membawa teknologi mesin yang “tidak biasa” dan performa di atas rata-rata.
Pabrikan pada umumnya menciptakan motor bebek untuk tujuan irit bahan bakar dan fungsionalitas harian. Sebaliknya, motor bebek super hadir sebagai antitesis dari konsep tersebut. Fokus utamanya adalah performa murni. Insinyur pabrikan dengan sengaja “mencangkokkan” jantung pacu berteknologi tinggi ke dalam rangka bebek yang ringan dan lincah.
Terkadang, mereka bahkan mengambil basis mesin dari motor sport batangan untuk dimasukkan ke sasis kecil ini. Hasilnya sangat mengejutkan. Lahirlah motor bebek terkencang yang dari luar tampak “biasa” saja, tetapi siap menerkam mangsanya saat lampu merah berubah hijau. Mereka adalah definisi “sleeper” sejati di dunia roda dua yang sering membuat motor sport batangan kewalahan mengejarnya.
Duel Legendaris: Suzuki Satria FU vs Yamaha Jupiter MX

Rasanya mustahil membahas topik motor bebek super tanpa menyebut dua nama besar ini. Persaingan mereka berdua bukan cuma soal adu data brosur di atas kertas, tapi sudah menjelma jadi “perang” identitas dan gengsi di jalanan. Komunitas bikers Indonesia seolah terbelah menjadi dua kubu fanatik: Tim Satria dan Tim MX.
Suzuki Satria FU: Si Ayago Pelopor DOHC

Suzuki melakukan langkah “gila” dan berani dengan melahirkan Satria FU 150. Motor ini pertama kali mendarat di Indonesia sebagai unit impor utuh (CBU) dari Thailand sekitar tahun 2004 hingga 2005. Kehadirannya instan menjadi primadona dan idola baru remaja saat itu. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Jawabannya terletak di balik kap mesinnya. Suzuki sukses menjejalkan mesin 150cc, 4-tak, DOHC (Double Overhead Camshaft) 4-valve, lengkap dengan pendingin oli (oil-cooled) yang besar. Popularitasnya semakin meledak setelah Suzuki memproduksinya secara lokal (CKD) mulai tahun 2007, yang membuat harganya menjadi lebih terjangkau bagi banyak kalangan.
Banyak perdebatan muncul mengenai klasifikasinya. Sebagian orang bilang Satria FU bukan bebek, tapi “motor ayago” (ayam jago). Julukan unik ini merujuk pada desainnya yang menggunakan stang jepit, bodi super ramping, dan posisi berkendara merunduk ala pembalap. Namun, ada fakta teknis yang sering orang lupakan.
Sebenarnya kedua jenis motor ini (bebek dan ayago) mengacu pada basis rangka yang sama yaitu underbone. Jadi, secara klasifikasi sasis, Satria FU tetaplah bagian dari keluarga besar underbone. Kehadiran mesin DOHC di kelas ini adalah sebuah revolusi besar. Saat kompetitor masih nyaman dengan teknologi SOHC, Satria FU menawarkan napas mesin yang sangat panjang dan tenaga puncak yang brutal di putaran atas.
- Mesin: 147.3cc, 4-Tak, DOHC 4-Valve, Oil-Cooled (Versi Awal).
- Tenaga Puncak: Sekitar 16 PS (11.7 kW / 15.7 HP) @ 9,500 RPM.
- Torsi Puncak: Sekitar 12.7 Nm @ 8,500 RPM.
- Bobot Kering: Sekitar 95 kg (sangat ringan).
- Power-to-Weight Ratio (PWR): Sekitar 0.165 HP/kg (Angka yang sangat mengerikan di masanya).
Yamaha Jupiter MX 135LC: DNA Balap Pendingin Cairan

Yamaha tentu tak tinggal diam melihat kue pasar lezat yang dinikmati sendirian oleh Suzuki. Mereka merespons dengan merilis Yamaha Jupiter MX 135LC pada tahun 2005. Kode “LC” di belakang namanya adalah singkatan dari Liquid Cooled. Ya, inilah senjata utama MX untuk melawan dominasi Satria.
Jupiter MX tercatat sebagai motor bebek pertama di Indonesia yang memakai radiator pendingin cairan. Meski kubikasinya hanya 135cc, MX punya karakter yang sangat berbeda. Jika Satria FU adalah raja putaran atas, maka Jupiter MX adalah penguasa torsi di putaran bawah hingga menengah. Berkat teknologi DiASil Cylinder dan Forged Piston yang merupakan warisan dari motor 2-tak legendaris di dunia balap, motor ini punya jambakan yang galak.
Desainnya juga tampil sangat agresif dengan garis bodi meruncing dan sudah mengadopsi suspensi monosok di belakang. MX sukses memikat mereka yang ingin motor kencang, teknologi canggih, tapi tetap nyaman kita pakai untuk harian membonceng pacar.
- Mesin: 134.4cc, 4-Tak, SOHC 4-Valve, Liquid-Cooled.
- Tenaga Puncak: Sekitar 11.33 PS (8.33 kW / 11.1 HP) @ 8,500 RPM.
- Torsi Puncak: Sekitar 11.65 Nm @ 5,500 RPM.
- Bobot Kering: Sekitar 104 kg.
- Power-to-Weight Ratio (PWR): Sekitar 0.107 HP/kg.
Pergeseran Persaingan Kelas 150cc (Era Modern)

Pasar yang sudah “panas” ini akhirnya memaksa semua pabrikan besar untuk ikut bermain di kelas 150cc. Suzuki sebagai raja bertahan harus melakukan evolusi besar agar tidak terkejar. Yamaha, sebagai penantang abadi, juga tak mau kalah dalam inovasi. Bahkan Honda, yang cukup lama ‘tertidur’ di segmen ini, akhirnya memutuskan untuk ikut turun gunung dengan dua jagoan sekaligus.
Kubu Yamaha mengembangkan bebek 150cc sebagai penerus takhta Jupiter MX 135LC. Mereka melakukan upgrade besar-besaran dengan platform mesin 150cc baru (149.7cc, SOHC, 4-valve, Liquid-Cooled, Fuel Injection). Yamaha merilis platform ini dalam dua model dengan kasta berbeda pada awal tahun 2015 dengan strategi yang cukup unik.
Jupiter MX 150 & MX King 150

Awalnya, Yamaha memposisikan Jupiter MX 150 sebagai versi ‘standar’ dengan harga yang lebih terjangkau. Namun, strategi ini tidak bertahan lama karena konsumen lebih memilih MX King 150 yang merupakan kasta tertingginya.
Yamaha memposisikan MX King sebagai ‘King of Street’ sejati dengan fitur paling mewah di kelasnya. Motor ini memiliki speedometer full digital (pada generasi facelift), lampu senja dan rem full LED, serta ban belakang tapak lebar. MX King sukses menjadi andalan utama Yamaha untuk bertarung di segmen teratas dengan filosofi mesin SOHC ‘Raja Torsi’ yang galak.
- Mesin: 149.7cc, 4-Tak, SOHC 4-Valve, Liquid-Cooled.
- Tenaga Puncak: Sekitar 15.4 PS (11.3 kW / 15.1 HP) @ 8,500 RPM.
- Torsi Puncak: Sekitar 13.8 Nm @ 7,000 RPM.
- Bobot Isi: Sekitar 116 kg.
Suzuki Satria F150 FI: Evolusi Sang Raja

Suzuki tidak tinggal diam menghadapi standar emisi yang makin ketat dan gempuran kompetitor. Mereka melakukan perombakan total pada jagoannya pada Februari 2016 dan lahirlah Satria F150 FI (Fuel Injection). Komunitas sering menjuluki motor ini sebagai “Satria FUFI”.
Ini bukan sekadar ganti sistem bahan bakar belaka. Mesinnya benar-benar baru, meninggalkan sistem oil-cooled legendaris dan beralih ke Liquid-Cooled (radiator) modern yang lebih efisien. Mesin DOHC 4-Valve ini diracik ulang untuk menghasilkan tenaga paling buas di kelasnya, jauh meninggalkan kompetitor lain.
- Mesin: 147.3cc, 4-Tak, DOHC 4-Valve, Liquid-Cooled.
- Tenaga Puncak: Sekitar 18.5 PS (13.6 kW / 18.2 HP) @ 10,000 RPM.
- Torsi Puncak: Sekitar 13.8 Nm @ 8,500 RPM.
- Bobot Isi: Sekitar 109 kg.
Honda Sonic 150R & Supra GTR 150

Melihat dominasi Satria dan hadirnya MX King, Honda akhirnya membangkitkan nama legendaris “Sonic”. Honda Sonic 150R resmi dirilis pada Agustus 2015 dengan desain ayago murni. Honda memposisikannya untuk berhadapan langsung alias head-to-head dengan Suzuki Satria F150 FI.
Selanjutnya, Honda juga meluncurkan Supra GTR 150 pada Mei 2016 untuk melawan Yamaha MX King 150. Motor ini menggunakan basis mesin DOHC yang identik dengan Sonic, namun dibalut bodi yang lebih “bebek” sejati. GTR 150 lebih diarahkan sebagai “bebek super touring” yang nyaman untuk perjalanan jauh.
Adu Spesifikasi Para Raja Jalanan

Data di atas kertas sering jadi bahan perdebatan seru di kelas yang terobsesi kecepatan ini. Mari kita bandingkan spesifikasi teknis dari empat pemain utama motor bebek super di era modern mereka untuk melihat siapa yang paling unggul.
| Fitur | Suzuki Satria F150 (FI) | Yamaha MX King 150 | Honda Sonic 150R | Honda Supra GTR 150 |
|---|---|---|---|---|
| Mesin | 147.3cc, DOHC, Liquid-Cooled | 149.7cc, SOHC, Liquid-Cooled | 149.16cc, DOHC, Liquid-Cooled | 149.16cc, DOHC, Liquid-Cooled |
| Tenaga Puncak | 18.5 PS (18.2 HP) @ 10,000 RPM | 15.4 PS (15.1 HP) @ 8,500 RPM | 16 PS (15.8 HP) @ 9,000 RPM | 16.3 PS (16.1 HP) @ 9,000 RPM |
| Torsi Puncak | 13.8 Nm @ 8,500 RPM | 13.8 Nm @ 7,000 RPM | 13.5 Nm @ 6,500 RPM | 14.2 Nm @ 6,500 RPM |
| Bobot Isi | 109 kg | 116 kg | 114 kg | 119 kg |
| PWR (HP/kg) | 0.167 | 0.130 | 0.139 | 0.135 |
Dari tabel di atas, kita bisa melihat bahwa Suzuki Satria F150 FI masih memegang mahkota sebagai motor dengan Power-to-Weight Ratio terbaik. Namun, MX King menawarkan torsi yang lebih nendang di putaran bawah, cocok untuk stop-and-go di kemacetan.
Warisan yang Tak Akan Pudar Ditelan Waktu

Perlahan tapi pasti, gempuran motor matic paling irit yang menawarkan kepraktisan luar biasa mulai menggeser popularitas genre ini. Di sisi lain, motor naked bike yang semakin terjangkau juga turut mengambil kue pasar bebek super. Jalanan tak lagi seramai dulu oleh deru knalpot motor bebek super.
Tapi, apakah era mereka sudah tamat? Tentu saja tidak. Bagi kami di Exmotoride, dan bagi kamu semua yang pernah merasakan performanya, motor ini tetap punya tempat spesial di hati. Mereka adalah bagian penting dari sejarah otomotif roda dua di Indonesia. Kehadiran mereka adalah bukti bahwa motor “bebek” tidak selamanya identik dengan pelan atau “motor bapak-bapak”.
Kini, unit-unit motor bebek super ini punya peran baru di masyarakat. Ada yang menjadi “bahan” nostalgia, ada yang jadi motor koleksi berharga mahal, dan ada juga yang tetap setia dirawat sebagai motor harian yang tangguh. Fenomena motor bebek super mungkin telah lewat masa puncaknya, tapi warisannya tetap kuat. Kamu bisa menjelajahi lebih dalam tentang kisah sejarah motor legendaris lainnya di artikel kami.







