Beranda Teknologi Roda 2 3 Jenis Sistem Penggerak Roda Motor: Rantai, Belt & Gardan

3 Jenis Sistem Penggerak Roda Motor: Rantai, Belt & Gardan

1538
0
kelebihan dan kekurangan sistem penggerak roda rantai v-belt cvt dan shaft (gardan)

Halo Brad dan Sobat Exmotoride! Pernah nggak sih kalian mikir, gimana caranya ledakan tenaga di dalam mesin bisa bikin ban belakang motor kita berputar kencang? Nah, di sinilah peran vital dari sistem penggerak roda. Komponen ini adalah jembatan “kehidupan” bagi motor kalian.

Secara teknis, fungsinya krusial sebagai perantara untuk menyalurkan tenaga dan daya dari kruk as mesin menuju roda belakang. Tanpa sistem ini, motor bermesin sesehat apapun cuma bakal jadi genset yang meraung di tempat. Tentu saja, tujuan akhirnya agar motor bisa bergerak melaju membelah jalanan.

Kalau kita bicara soal performa, baik itu tenaga dan torsi, semuanya memang bermula dari mesin. Makanya, nggak heran kalau orang sering menjuluki mesin sebagai “dapur pacu”. Di sanalah proses “memasak” campuran udara dan BBM terjadi hingga menjadi energi (daya) mekanik yang siap meledak.

Selanjutnya, sistem harus menyalurkan daya mekanik yang beringas itu dengan sopan dan efisien ke roda melalui perantara. Di dunia roda dua, kita mengenal tiga jenis utama sistem penggerak: rantai (chain), V-Belt CVT, atau Gardan (shaft).

Bagi kalian yang ingin ngulik lebih dalam soal mesin agar larinya makin enak, ada banyak cara yang bisa dicoba. Kalian bisa pelajari panduan lengkap cara meningkatkan performa motor agar tenaga dari mesin ini makin maksimal sebelum tersalurkan ke roda.

Secara umum, ketiga jenis sistem penggerak roda ini punya karakter unik. Masing-masing punya “kepribadian” sendiri, baik dari sisi performa akselerasi, efisiensi penyaluran tenaga, hingga ketahanan (durability).

Di satu sisi, keberadaan mereka sangat membantu motor untuk berjalan. Namun di sisi lain, hukum fisika itu kejam, Bro. Proses transfer tenaga ini pasti menyebabkan “power loss” atau tenaga yang hilang di tengah jalan sebelum sampai ke aspal.

Faktanya, besarnya tenaga yang “menguap” ini nggak sama antara rantai, belt, dan gardan. Inilah alasan utama kenapa ada perbedaan power on crank dan power on wheels yang sering bikin kalian bingung pas lihat hasil dyno test. Yuk, kita bedah satu per satu secara mendalam!

Sistem Penggerak Roda Rantai (Chain Drive) Memiliki Power Loss Dibawah 10%

kelebihan dan kekurangan rantai motor

Kita mulai dari yang paling legendaris. Rantai adalah sistem penggerak roda yang paling umum, paling tua, dan paling familiar bagi bikers di seluruh dunia. Terlebih kalau kita flashback ke tahun 2000-an ke bawah.

Pada masa itu, populasi motor matic belum mewabah seperti sekarang. Masyarakat awam praktis hanya mengenal rantai sebagai satu-satunya cara menggerakkan motor. Kenapa rantai begitu populer?

Jawabannya ada pada efisiensi mekanisnya yang juara. Rantai menciptakan hubungan fisik langsung yang “menggigit” antara gir depan dan gir belakang. Selain itu, material bahan rantai yang menggunakan baja logam membuatnya sangat kokoh.

Kalian bisa mengandalkannya untuk menarik beban berat dan mentransfer torsi instan tanpa banyak drama (seperti selip). Oleh karenanya, rantai masih memegang mahkota sebagai sistem penggerak dengan power loss terendah.

Estimasi tenaga yang hilang pada rantai “sehat” hanya berkisar 5% hingga 10%. Bahkan, untuk rantai balap modern dengan teknologi low friction, teknisi mengklaim bisa menekan kehilangannya hingga cuma 2% saja. Efisien banget, kan?

Bukti Dyno Test: Kasus Yamaha Xabre

yamaha xabre dyno test

Biar nggak cuma teori, Admin kasih contoh nyata dari data performa Yamaha Xabre. Motor laki ini berbekal mesin 150cc SOHC 4 valve yang cukup nendang di kelasnya. Mari kita lihat datanya.

Pada spesifikasi brosur atau data on crank, pabrikan Yamaha menulis tenaga puncaknya adalah 16,1 HP pada putaran 8.500 RPM. Angka ini adalah tenaga murni mesin tanpa beban roda.

Namun, fakta di lapangan berbeda. Ketika teknisi menguji motor ini di atas mesin dynotest (untuk mengukur tenaga di roda), alat tersebut mencatat hasil 14,52 HP pada RPM yang sama. Kemana sisanya?

hasil dyno test yamaha xabre

Hitungan kasarnya, terjadi pengurangan tenaga sebesar 1,58 HP atau sekitar 9,8% dari tenaga asli mesin. Angka ini cukup masuk akal untuk sistem rantai standar pabrikan.

Sebenarnya, angka kehilangan 9,8% itu bukan murni akibat rantai semata, Bro. Ada faktor gesekan ban ke roller dyno, bobot velg, hingga kondisi bearing roda. Jadi, efisiensi murni rantainya sendiri kemungkinan besar jauh lebih baik, alias di bawah angka tersebut.

Kelebihan Rantai (Chain Drive)

Kalau kita bedah lebih dalam, rantai alias chain drive ini punya varian yang beragam. Mulai dari rantai standar tanpa ring, hingga jenis O-ring dan X-ring yang lebih awet menyimpan pelumas. Tapi secara umum, inilah keunggulan mutlak rantai:

  1. Efisiensi Juara: Punya power loss paling minim (5% – 10%), bikin tarikan motor terasa lebih responsif dan “jambak”.
  2. Durability Tinggi: Material bajanya kuat dan kokoh. Sangat bisa diandalkan untuk motor pekerja keras atau touring jarak jauh dengan beban berat.
  3. Mudah Dibongkar Pasang: Ganti gear set atau potong rantai relatif gampang, bahkan kalian bisa mengerjakannya sendiri di rumah.
  4. Perawatan Simpel: Cukup bersihkan dan lumasi secara rutin, nggak butuh ritual aneh-aneh.
  5. Ekonomis: Harganya paling terjangkau dibanding belt atau gardan, bahkan kalau harus ganti satu set (rantai + gear).
  6. Ketersediaan Melimpah: Mau cari di bengkel resmi, bengkel pinggir jalan, sampai toko online, stoknya pasti ada.
  7. Surga Modifikasi: Pilihan part aftermarket-nya gila-gilaan. Mau warna emas, merah, atau rantai balap ringan, semua tersedia.

Kekurangan Rantai

Tentu saja, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Meski performanya gahar, rantai punya beberapa “penyakit” bawaan yang harus kalian maklumi:

  1. Berisik: Gesekan logam ketemu logam pasti menimbulkan suara. Apalagi kalau pelumasnya kering, suaranya bisa kayak mesin jahit rusak.
  2. Kotor: Karena posisinya terbuka di bawah, rantai jadi magnet debu, pasir, dan cipratan air hujan. Pelumas rantai juga sering muncrat mengotori velg.
  3. Rawan Karat & Kendor: Jika kalian tipe pemilik yang malas merawat, rantai cepat sekali berkarat, kaku, dan mulur (kendor). Ini bahaya kalau sampai lepas di jalan.

Saran Admin buat kalian pengguna motor rantai: wajib hukumnya punya chain lube (oli rantai) di rumah. Selain menjaga keawetan biar nggak cepat putus, pelumasan yang baik juga mengurangi gesekan, yang artinya power loss jadi makin kecil!

Sistem Penggerak V-Belt CVT (Belt Drive) Dengan Power Loss Lebih Dari 20%

kelebihan dan kekurangan v-belt cvt skutik matic

Bergeser ke era milenium, tepatnya tahun 2000-an ke atas, jalanan Indonesia mulai kedatangan serbuan pasukan skuter matik (skutik). Akibatnya, fenomena ini mengenalkan masyarakat pada sistem penggerak jenis baru: V-Belt.

Seiring penjualan skutik yang meroket mengalahkan motor bebek, popularitas V-Belt CVT pun ikut naik daun. Bahkan, hampir semua motor harian di perkotaan sekarang pakai sistem ini. Tapi, jangan salah sangka, V-Belt bukan monopoli motor matic kecil saja.

Faktanya, beberapa motor manual dan moge juga menggunakan teknologi belt drive ini, meskipun tanpa sistem CVT. Contohnya pada moge eksotis seperti Buell 1125R atau beberapa varian Harley Davidson. Fungsinya sama persis kayak rantai, cuma beda bahan.

Sesuai namanya, komponen utamanya adalah sabuk (belt) berbahan karet khusus dengan penguat serat (kevlar/kawat). Karena bahannya lunak, karakter penyaluran tenaganya jadi jauh lebih halus dan senyap dibanding rantai.

Sayangnya, kenyamanan itu ada harganya, Sobat. V-Belt memiliki power loss yang paling buruk di antara ketiganya. Gesekan dinding belt dengan pulley serta potensi selip (slippage) saat akselerasi membuat tenaga yang hilang bisa mencapai 15% hingga 20% lebih.

Studi Kasus: Dyno Test Yamaha Aerox 155

yamaha aerox 155 dyno test

Sebagai studi kasus, mari kita lirik Yamaha Aerox 155, salah satu skutik idola anak muda. Pabrikan Yamaha mengklaim mesin 155cc VVA-nya mampu memuntahkan tenaga 15,2 HP di putaran 8.000 RPM (on crank).

Akan tetapi, saat operator menyiksa motor ini di atas mesin dyno, tenaga yang sampai ke roda belakang “hanya” 11,89 HP pada 8.020 RPM. Ada selisih yang lumayan bikin sakit hati kalau kalian pemuja angka performa.

hasil dyno test yamaha aerox

Sementara itu, data ini menunjukkan adanya tenaga yang hilang sebesar 3,31 HP. Jika kita hitung persentasenya, power loss-nya tembus angka 22%! Angka ini wajar untuk sistem CVT yang melibatkan banyak gesekan antara belt, roller, dan kampas ganda.

Kelebihan V-Belt CVT (Belt Drive)

Walaupun boros tenaga, kenapa V-Belt CVT malah jadi raja jalanan sekarang? Karena dia menawarkan kenyamanan yang nggak bisa dikasih sama rantai:

  1. Bebas Perawatan Rutin: Kalian nggak perlu repot-repot melumasi oli tiap minggu. Cukup pakai sampai masa pakainya habis.
  2. Sangat Halus: Hentakan tenaga terasa smooth, nggak ada gejala “jeda” atau nyentak kasar saat oper gigi.
  3. Senyap: Suaranya jauh lebih sopan dan tidak bising karena material karet meredam gesekan.
  4. Bersih: Posisinya tertutup rapat di dalam bak CVT, jadi aman dari debu, lumpur, dan air.
  5. Mudah Didapat: Sparepart-nya melimpah ruah di mana-mana, dari bengkel resmi sampai toko online.
  6. Modifikasi Kirian: Buat yang hobi ngoprek, ganti roller atau per CVT bisa ngasih sensasi beda yang asyik.

Kekurangan V-Belt CVT

Nah, buat kalian yang memelihara motor matic, perhatikan kekurangan ini biar nggak kaget saat servis. Apalagi komponen CVT butuh perhatian khusus agar awet.

Jangan lupa simak panduan lengkap perawatan motor matic supaya motor kalian bebas gredek dan tarikannya tetap enteng.

  1. Power Loss Besar: Kehilangan tenaga 15-20% bikin konsumsi BBM biasanya sedikit lebih boros dibanding motor manual spek sejenis.
  2. Umur Pakai Lebih Pendek: Karet belt punya usia pakai (biasanya 20.000 – 25.000 km) dan wajib ganti. Kalau putus di jalan, motor lumpuh total.
  3. Biaya Ganti Mahal: Harga belt original lumayan menguras kantong dibanding harga rantai biasa.
  4. Rumit: Bongkar pasang butuh alat khusus (tracker), susah kalau mau kalian kerjakan sendiri di garasi rumah.

Sistem Penggerak Shaft Atau Gardan (Shaft Drive) Dengan Power Loss Mencapai 30%

kelebihan dan kekurangan shaft atau gardan pada komponen penggerak roda motor

Terakhir, kita bahas sistem penggerak roda para “Sultan”, yaitu Shaft Drive alias Gardan. Sistem ini sebenarnya sangat umum di mobil, tapi di dunia motor, dia adalah barang eksklusif. Jarang sekali kita lihat motor harian pakai gardan.

Biasanya, teknologi ini cuma nempel di moge-moge touring kelas berat atau cruiser mewah. Contohnya Honda VFR1200F, BMW K1600B, hingga motor petualang legendaris BMW R1200GS. Pernah lihat motor-motor ini lewat di jalanan? Pasti jarang kan.

Padahal, prinsip kerjanya mirip banget sama gardan mobil truk, cuma ukurannya saja yang diperkecil. Serangkaian gir nanas (bevel gear) memutar tenaga mesin 90 derajat dan menyalurkannya lewat as kopel besi yang kokoh menuju roda belakang.

Oleh sebab itu, masalah terbesar gardan adalah bobotnya yang berat dan kerumitan mekanisnya. Mesin butuh usaha ekstra untuk memutar as besi yang berat dan mengubah arah putaran gir. Akibatnya, power loss-nya terbilang sangat besar, bahkan lebih parah dari matic sekalipun.

Faktanya, banyak referensi teknis otomotif menyebutkan bahwa tenaga yang “disunat” oleh sistem gardan bisa mencapai angka 30% dari total tenaga mesin. Bayangkan, 30% tenaga hilang cuma buat memutar besi!

Kelebihan Shaft (Gardan)

Kalau boros tenaga, kenapa pabrikan sekelas BMW masih pakai gardan? Jawabannya ada di “Ketenangan Pikiran” saat touring jauh.

Buat kalian yang hobi jalan jauh, coba deh cek rekomendasi motor touring paling nyaman yang mayoritas moge-nya pakai sistem shaft ini.

  1. Hening: Tingkat kebisingannya paling rendah. Hampir nggak ada suara berisik sama sekali dari sektor penggerak.
  2. Badak: Kualitas dan kekuatannya sangat teruji. Gardan sangat sulit patah atau putus, beda sama rantai atau belt.
  3. Minim Perawatan: Ini nilai jual utamanya. Kalian hampir nggak perlu merawatnya. Cukup ganti oli gardan secara berkala (yang intervalnya lama banget), dan lupakan. Cocok buat keliling dunia.

Kekurangan Shaft (Gardan)

Kemewahan ini punya konsekuensi yang nggak main-main:

  1. Vampir Tenaga: Power loss sangat tinggi (kisaran 30%), bikin akselerasi terasa lebih berat (lemot) dibanding motor rantai.
  2. Efek Torsi (Shaft Effect): Saat gas kalian bejek, motor kadang terasa goyang atau terangkat karena gaya putar gardan.
  3. Berat: Menambah bobot total motor secara signifikan.
  4. Biaya Selangit: Kalau sampai rusak (amit-amit), biaya perbaikannya bisa buat beli motor bekas satu lagi. Komponennya susah dicari dan harus pesan khusus.

Tabel Perbandingan: Rantai vs Belt vs Gardan

Biar kalian makin mudah membandingkan, Admin sudah buatkan ringkasan head-to-head ketiga sistem ini. Cek tabel di bawah ini:

FiturRantai (Chain)V-Belt (CVT)Gardan (Shaft)
Power Loss (Estimasi)5% – 10% (Terbaik)15% – 20% (Sedang)Hingga 30% (Terburuk)
Biaya PerawatanMurah (Oli Rantai)Sedang (Ganti Belt)Murah (Ganti Oli)
Biaya PerbaikanTerjangkauMenengahSangat Mahal
KebisinganBerisikHalusSangat Senyap
Umur PakaiTergantung PerawatanTerbatas (25rb KM)Sangat Panjang

Verifikasi Akhir: Pahami Karakteristik dan Perawatan Sistem Penggerak

perawatan sistem penggerak roda motor rantai

Setelah membedah tuntas ketiga komponen sistem penggerak roda motor di atas, wawasan kalian pasti makin terbuka, dong? Sekarang kalian paham kenapa motor matic seringkali sulit menang kalau diajak “adu mekanik” lawan motor manual di trek lurus.

Singkatnya, salah satu faktor utamanya bukan karena mesinnya lemah, tapi karena sistem penggerak rodanya (CVT) memiliki power loss yang jauh lebih besar ketimbang motor manual yang pakai rantai. Motor manual lebih efisien menyalurkan setiap tetes tenaga ke aspal.

Mengenai perbedaan data power dan torsi antara klaim pabrikan vs hasil uji dyno bengkel, jangan buru-buru menuduh pabrikan bohong ya, Sobat. Itu hal yang wajar.

Pabrikan menguji mesin murni (on crank), sedangkan kalian menguji putaran rodanya (on wheel) di bengkel. Selisih angka itulah yang disebut power loss. Menurut referensi dari Wikipedia tentang Motorcycle Drive, setiap sistem memang punya karakteristik efisiensi mekanis yang berbeda-beda.

Jadi, tugas kalian sebagai biker cerdas adalah meminimalisir power loss tersebut. Kalau pakai rantai, rajin-rajinlah melumasi. Kalau pakai matic, pastikan komponen CVT selalu prima. Banyak-banyaklah cari informasi dan rawat motor kalian sebaik mungkin!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini