Beranda Tips & Trick Cara Menghitung Power to Weight Ratio Motor untuk Pemula Biar Paham

Cara Menghitung Power to Weight Ratio Motor untuk Pemula Biar Paham

1430
0
cara menghitung power to weight ratio atau PWR

Pernah nggak sih kamu mikir, kenapa motor yang CC-nya lebih kecil kadang bisa nyalip motor gede di jalanan? Jawabannya bukan cuma soal nyali, Bro, tapi ada hitungan teknisnya yang namanya Power to weight ratio, atau sering kita singkat PWR. Secara sederhana, PWR ini adalah “rapor” suci buat mengukur performa asli dari motor kamu.

Lantas, kenapa bisa begitu? Logikanya gampang banget, Sobat. Pasalnya, performa motor itu sangat tergantung dari seberapa kuat tenaga mesin (Power) untuk mendorong beban (Weight) yang ditanggungnya. Nah, beban yang dimaksud di sini murni berat motor itu sendiri ya, di luar bobot rider-nya, kecuali kita sedang bicara konteks balap profesional yang hitungannya lebih rigit.

Jadi, pengertian PWR adalah perbandingan antara tenaga motor dengan bobot motor itu sendiri. Kabar baiknya, cara menghitungnya gampang banget dan nggak perlu jago kalkulus! Kamu hanya perlu membagi besarnya Power Motor (HP/PS/KW) dengan Bobot Basah/Kering (Kg) motor tersebut. Selain itu, kamu bisa langsung intip datanya di spesifikasi resmi pabrikan atau brosur motor.

Patokan Power To Weight Ratio (PWR) untuk Mengukur Performa Motor

patokan pengukuran power to weight ratio

Supaya lebih jelas, Exmotoride bakal kasih contoh nyata perbandingan tiga motor “raja jalanan” di kelas sport 150cc yang pasti kamu semua kenal. Ketiga jagoan ini berasal dari pabrikan raksasa Honda, Yamaha, dan Suzuki. Unit yang kita bedah sebagai studi kasus adalah Honda CBR150R, Yamaha YZF R15, dan si kecil cabe rawit Suzuki GSXR 150.

Berdasarkan data on crank (klaim pabrikan), berikut adalah peta kekuatan mereka jika kita hitung PWR-nya dengan membagi bobot dengan power (Kg/HP). Ingat rumusnya, semakin KECIL angka hasil pembagiannya, maka semakin “jambak” tarikan motor tersebut.

Model MotorTenaga (Power)Bobot (Weight)PWR (Kg/HP)
Honda CBR 150R16,9 HP137 kg8,11
Yamaha YZF R1519 HP137 kg7,21
Suzuki GSXR 15018,9 HP131 kg6,93 (Terbaik)

Mungkin kamu kaget melihat hasilnya. Namun, data PWR ini membuktikan bahwa di atas kertas, CBR 150R kalah unggul dari rival-rivalnya dalam hal rasio tenaga dan berat. Menariknya, juara PWR justru dipegang oleh GSXR 150. Meskipun power mesinnya (18,9 HP) sedikit di bawah R15 (19 HP), tapi dia menang telak karena bobot GSXR yang jauh lebih ringan. Kamu bisa buktikan sendiri di jalanan lurus, biasanya GSXR 150 standar punya napas yang ngeri banget.

Hal yang Harus Diperhatikan Pada Pengukuran Power To Weight Ratio

hal yang harus diperhatikan ketika mengukur power to weight ratio

Tapi tunggu dulu, Brads. Sebenarnya, ada beberapa variabel penting yang wajib kamu perhatikan saat pakai rumus PWR ini biar nggak sesat pikir. Alasannya jelas, supaya perbandingan kamu tetap apple-to-apple dan valid. Soalnya, jenis motor di Indonesia itu beragam banget. Oleh karena itu, berikut adalah rambu-rambu yang wajib kamu simak:

1. Usahakan Harus Motor yang Satu Kelas

Sebenarnya, metode PWR ini baru benar-benar akurat kalau kamu membandingkan motor yang satu “kandang” atau satu kelas. Maksudnya, bandingkanlah motor sport dengan sport, naked dengan naked, atau matic dengan matic. Lantas, kenapa begitu? Berdasarkan pengalaman Exmotoride, hasil PWR motor naked biasanya akan selalu terlihat lebih baik daripada motor sport fairing.

Hal ini terjadi karena keberadaan fairing plastik justru menambah bobot motor secara signifikan. Contoh simpelnya begini: Kalau kamu bandingkan R15 (Sport) dengan Vixion R (Naked). Keduanya pakai mesin yang sama persis, power sama-sama 19 HP. Tapi, bobot Vixion R cuma 131 Kg (lebih ringan). Otomatis PWR-nya tembus 6,89 kg/HP, lebih bagus dari R15. Apakah artinya Vixion R pasti menang? Belum tentu. Di kecepatan tinggi, aerodinamika dari fairing R15 akan membelah angin lebih baik.

2. Hitung Power Loss Untuk Sistem Penggerak Roda Matic

Selanjutnya, ini ilmu daging yang banyak biker belum paham. Kalau kamu mau adu motor matic vs motor manual, kamu harus adil. Padahal, motor matic punya penyakit bawaan bernama “power loss” yang cukup besar karena sistem CVT-nya. Sistem penggerak sabuk (belt) di matic bisa menyunat tenaga mesin hingga 20% atau lebih sebelum sampai ke roda, beda dengan rantai yang efisien.

Oleh karena itu, jika iseng mau bandingin PWR matic vs sport, kamu harus “diskon” dulu tenaga mesin matic itu biar fair. Exmotoride saranin kamu pakai angka aman pengurangan 12,5% untuk tenaga matic. Angka ini adalah hitungan kasar dari selisih power loss matic (20%) dikurangi rata-rata power loss rantai (7,5%). Tujuannya biar kamu nggak kaget kalau matic CC besar kalah tarikan sama motor rantai CC kecil.

3. Pengujian PWR Harus Relevan Antara “Power On Crank” atau “Power On Wheel”

Kemudian, pernah nggak kamu lihat brosur motor tulisannya 19 HP, tapi pas naik ke mesin Dyno cuma keluar 16 HP? Tapi, jangan emosi dulu, pabrikan nggak bohong kok. Itu bedanya data On Crank dan On Wheel.

  • Power on Crank: Tenaga murni mesin (diukur di kruk as). Ini data yang ada di brosur.
  • Power on Wheel: Tenaga real yang sampai ke ban aspal (diukur pakai Dyno Test).

Sebagai contoh kasus R15 tadi. Di brosur tertulis 19 HP (Crank). Tapi saat tim riset uji dyno, hasilnya sekitar 16,33 HP (Wheel). Kondisi ini menegaskan adanya perbedaan antara power on crank dan power on wheels yang nyata. Gesekan rantai, gir, gearbox, oli mesin, sampai bobot velg menyerap tenaga yang hilang (loss) itu. Jadi poinnya, kalau mau adu data, harus konsisten. Jangan bandingin data brosur motor A lawan data hasil dyno motor B.

PWR Membuktikan Besarnya Kubikasi CC Mesin Tidak Menjamin Performanya

besarnya cc tidak menjamin bagusnya hasil PWR

Selain itu, ada fakta menarik yang sering bikin debat kusir di tongkrongan. “Ah motor gua 250cc pasti lebih kenceng dari 160cc!” Eits, belum tentu, Ferguso. Ingat, PWR dipengaruhi dua hal: Tenaga DAN Berat. Kita ambil contoh duel beda kasta: Honda Vario 160 (15,2 HP) vs Yamaha XMAX 250 (22,5 HP). Padahal secara CC dan harga, XMAX jelas “Moge Look” banget dan jauh di atas Vario.

Tapi coba cek bobotnya. Faktanya, XMAX 250 itu bongsor banget, bobotnya tembus 179 kg. Sedangkan Vario 160 enteng banget, cuma 115 kg. Kemudian, kalau kita hitung PWR-nya, kaget nggak kalau hasilnya MIRIP? Keduanya bermain di angka sekitar 8,65 kg untuk menarik 1 HP tenaga. Artinya, untuk akselerasi awal atau stop-and-go di kemacetan kota, Vario 160 bisa banget nempel XMAX.

Contoh lain yang lebih sadis adalah membandingkan XMAX 250 tadi dengan Yamaha Vixion (150cc). Vixion punya tenaga 16,4 HP tapi bobotnya cuma 132 kg. Setelah dikalkulasi (apalagi Vixion pakai rantai yang minim loss), PWR Vixion tembus 8,05 kg/HP. Jauh lebih bagus dari XMAX! Makanya, jangan heran kalau di lampu merah, XMAX sering diasapi motor batangan 150cc.

Power To Weight Ratio Sebagai Acuan Melakukan Upgrade Performa Motor

PWR sebagai acuan upgrade performa motor

Nah, setelah paham konsep ini, kamu bisa jadikan PWR sebagai kitab suci saat mau meningkatkan performa motor kesayangan. Sebetulnya, rumusnya simpel: Kalau mau motor makin kencang, kamu cuma punya dua pilihan jalan ninja:

  1. Naikkan Tenaga (Power Up), atau
  2. Turunkan Bobot (Weight Reduction).

Misalnya, kalau dompet kamu tebal dan hobi oprek mesin, silakan pilih jalur pertama. Kamu bisa lakukan bore up untuk menaikkan kapasitas mesin. Namun, pahami dulu konsep bore x stroke agar tidak salah perhitungan. Kamu juga bisa melakukan porting polish, ganti ECU racing, atau main noken as.

Tapi sebaliknya, kalau kamu penganut aliran “Mesin Standar Ting-Ting”, kamu bisa pilih jalur kedua: Diet Bobot! Caranya gimana? Banyak opsi yang bisa kamu coba:

  • Ganti knalpot bawaan (berat) dengan knalpot racing/aftermarket (ringan).
  • Ganti velg standar dengan jenis velg motor forged atau aluminium ringan.
  • Ganti body parts dengan material Carbon Fiber.
  • Lepas spakbor belakang (tapi hati-hati nyiprat!).
  • Ganti ukuran ban ke profil yang lebih kecil (tapi tetap aman).

Intinya, buang semua beban yang nggak perlu. Semakin ringan motor kamu, semakin terbang rasanya saat ditarik gasnya. Tapi ingat pesan terakhir dari Exmotoride. Mau sekencang apapun modifikasi kamu, Safety First! Jangan sampai demi mengejar PWR bagus, kamu mengorbankan fitur keselamatan kayak rem atau lampu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini